Senin, 14 Maret 2011

SHAMISEN ALAT MUSIK TRADISIONAL JEPANG

Shamisen adalah salah satu alat musik petik tradisional Jepang. Shamisen sendiri berarti tiga garis, diambil dari kata Sha (tiga) dan Sen (garis). Awalnya shamisen adalah alat musik yang dibawa dari Cina, namun sebutannya bukan shamisen, melainkan saxian adapula yang menyebutnya kokin dan bentuknya tidak sama persis dengan shamisen di Jepang. Ada beberapa pendapat mengenai sejarah masuknya shamisen ke Jepang. Dari sumber abad ke tujuhbelas dan delapan belas, menuliskan bahwa shamisen diperkenalkan sekitar tahun 1562 di pelabuhan Sakai dekat Osaka. Sumber lain menyebutkan pada tahun 1574 dalam buku harian yang ditulis Uwai Kakken, menulis adanya sebuah misi raja kepulauan Ryukyu yang menyertakan seorang pemain shamisen dalam rombongannya. Adapula yang menyebutkan bahwa shamisen adalah bentuk lain dari alat musik Biwa yang disederhanakan.

Alat shamisen terdiri dari tiga bagian, yakni Do(badan), Sao(leher), Itomaki(pasak).

Badan shamisen terbuat dari kayu cendana warna merah, kayu murbei, atau kayu apel. Bentuknya menyerupai kotak, bagian atasnya tertutup dan bagian bawahnya ditutupi oleh kulis kucing, namun bisa juga ditutupi dengan kulit anjing atau plastik. Untuk digunakan pada pementasan atau konser, shamisen dibuat sebaik mungkin, dan semakin mahal. Dibagian dalamnya diukir dengan pola hiasan tulang ikan haring yang dikenal dengan sebutan ayasugi, sehingga suara yang dihasilkan jauh lebih bagus.

Leher atau Sao ini dapat di bagi menjadi 3 bagian agar mudah di bawah. Ketebalannya bervariasi menurut jenis musik yang dimainkannya. Dawai yang digunakan terbuat dari sutra yang dipilin, namun saat ini sangat jarang yang menggunakan sutra asli, sebab mudah putus. Sebagai gantinya, para pembuat shamisen menggantinya dengan plastik atau nilon. Dawai-dawai ini diikatkan pada sebuah sebuah tali berbentuk hiasan(neo) pada bagian bawah badan serta tiga buah pasak atau itomaki.

Itomaki tersebut dibuat dari gading, kayu, atau plastik. Adapun alat yang digunakan untuk memetik shamsien disebut bachi. Bachi ini juga digunakan untuk memetik biwa.

Selain bentuk shamisen yang bervariasi, bentuk musik shamisen pun berbagai macam. Terdapat beberapa aliran musik atau genre shamisen. Namun sebenarnya yang membuat jenis shamisen itu bervariasi adalah karena dipengaruhi oleh tiap aliran shamisen. Sebab tiap genre shamisen memiliki ciri-ciri khusus, baik itu dari segi kualitas suara yang unik, gaya permainan musik yang punya aturan-aturan khas, tentunya bentuk dan ukuran shamisen-nya pun berbeda. Namun perbedaan itu tak terdengar saat pertama kali mendengar, karena perbedaannya tipis. Tapi jika anda seorang ahli dalam hal ini, maka akan sangat jelas perbedaan di tiap genre.

Adapun bagan genre shamisen sebagai berikut :


(maaf gambarnya tidak bisa terupload, sabar yah!)

Katarimono adalah aliran musik naratif. Pagelaran shamisen diiringi dengan nyanyian dongeng dan cerita. Sedangkan Utamono, nyanyian yang lebih menekankan melodi shamisen. Sedangkan aliran-aliran dibawahnya, memiliki perbedaan yang tipis. Ada yang isi ceritanya tentang cinta(bungo), tragedy keluarga(kato), dan lain-lain. Penyebab mengapa genre shamisen semakin banyak, ialah karena dalam masyarakat mengenal bahwa bila seorang murid menyimpang dari gaya gurunya, maka menjadi bertolak belakang atau berlawanan. Sehingga setiap kali sang murid menciptakan jenis musik yang tidak sama oleh yang diajarkan sang guru, maka terciptalah satu genre musik lain.

Dikalangan pemuda Jepang alat-alat musik tradisional seperti shamisen ini tidaklah terlalu populer. Hampir sama dengan keadaan pemuda di Indonesia. Kurang kesadaran bahwa pentingnya menjaga warisan nenek moyang yang telah menjadi ciri khas bangsa. Namun mereka melakukan berbagai cara untuk bisa melestarikan apa yang telah turun temurun di ajarkan oleh para orang tua, terutama dalam hal kesenian. Para pemain shamisen mengkolaborasikan musik instrument mereka dengan alat-alat musik moderen, seperti gitar, drum, dan piano. Seperti yang dilakukan oleh Yoshida Brothers. Pemerintah Jepang juga setiap tahunnya memberikan gelar kepada setiap seniman yang dianggap pantas menerimanya setiap tahun. Gelar tertinggi adalah ningen kokuho atau harta Negara. Sehingga para seniman selalu merasa termotivasi untuk menghasilkan karya sebaik mungkin.

Shamisen sering digunakan untuk mengiringi pementasan kabuki(drama topeng), tari geisha, dan matsuri-matsuri tertentu.

Selain shamisen, terdapat pula beberapa alat musik tradisional Jepang yang tak kalah menariknya. Seperti pada alat musik petik ada Biwa dan Koto. Alat musik perkusi ada Taiko dan Tsuzumi. Serta alat musik tiup, seperti Sho, Yokobue, dan Shakuhachi.


Sumber:

- Musik tradisional Jepang dan Instrument Musiknya (William P.Malm 2005)

- Jepang sebuah pedoman saku (Kedutaan Besar Jepang Jakarta 1985)

- Website Wikipedia dan beberapa website pendukung lainnya

- Shintani Naoyuki San

- Matsui san

- Armin Hari san

Tidak ada komentar:

Posting Komentar